Sudah 4 kali puasa Ramadhan
Sejak kau pergi tinggalkanku
Tanpa pesan apapun
Dan tanpa senyum yang biasa kau beri
8 pagi tepat kabar itu kuterima
Dari salah satu karib kita
kabar yang sebenarnya tak kuingin
kabar yang ingin kusingkir
tulangku seraya menciut
melemah tak berdaya
buat menanggung berat badankupun
sudah tak mampu
saat ku dengar kabar itu
pastilah kau sudah pergi
dengan kereta kencana emas
dilengkapi sang pangeran impianmu
air di pelupuk mata tumpah ruah
histeria suara itu membuat gaduh ruang kamarku
berpelukan saling menguatkan
mencoba mempercayai yang terjadi
Tak ada yang bisa kulakukan
kecuali, aku ingin melihat wajahmu
untuk yang terakhir kali
sambil berkata "selamat jalan sahabat"
pukul 10 kala itu
rumah besar keluargamu tidak biasa
kulihat tenda didirikan
kursi ditata rapi
peliharaanmu terdiam
bungamu pun tak berbunga
anginpun lambat berdesir
saat itu
langit mendung kala itu
rinai hujanpun mulai turun
saat aku dan motorku nyelinap
dibalik kerumunan itu
pintu rumahmu terbuka lebar
karpetpun juga terbentang
Kuliat keranda di depannya
dan beberapa untaian mawarnya
Saat kumulai masuki ruangan itu
aku tak asing lagi
bau khas rumah batu dan dirimu
batinku..."engkau belum mati"
tapi...
ketika kudipertemukan dengan ruangan itu
tercekat dan teriris hatiku
kala kulihat..meja persegi panjang dan kafanmu
Bacaan suratul Yaasin membahana
dan bisik-bisik saudaramu
menandakan kedatanganku
disitu kala itu
Tak biasanya aku berjibaku
melongo dan terdiam
tangan mungil ibumu menghenyakku
Menyadarkanku dan memelukku
tangisku tak bisa kuhenti
saat ibumu bilang bahwa kau memang pergi
jam 7 pagi tadi
tak berpesan satupun
kuhampiri jasadmu di meja itu
getaran tanganku serasa tak kuasa
saat kubuka tirai yang menutupi
wajahmu yang ayu
ayu, putih dan tersenyum
meski suhu tubuhmu dingin tak bernyawa
tapi tak sungkan kucium
kening dan pipimu tuk yang terakhir
ikut kuangkat tubuhmu dalam keranda
kubalurkan semua bunga itu
dan kain hijau penutupnya
kuucapkan Asma Alloh dan ucapan selamat jalan
di bawah pohon itu , itulah pusaramu
tepat di sebelah pusara bapakmu
seperti yang pernah kau pinta
jauh hari sebelum hari itu ada
Sahabat, tak lupa kusebut namamu
tak kan kulepas nama itu di hati
tetap kan bersemayam abadi
bersama indahnya persahabatan ini
Sahabat...
sungguhpun engkau pergi, aku ikhlas
sungguhpun engkau tiada, aku ikhlas
karena engkau pergi menuju istana keabadian
Ya Alloh
Jagalah dia buatku, Terimalah sgala kebaikannya
Ringankanlah hisabnya Ya Robb
Engkau telah lenyapkan penyakitnya
Engkau telah hilangkan deritanya
itu bukti sayangMu pada nya
Ya Alloh, sampaikan salamku buatnya
Katakan...
bahwa dia tetap ada buatku
dan kisah persahabatan kami tak kan lekang dimakan waktu.
buatmu Almh. Yekti Handayani (Mulyoharjo-Secang, Magelang)
by = hafsari mujib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar